Tuesday, March 04, 2008

Kelaparan, Ibu Hamil dan Anaknya Tewas

01/03/2008 18:14 Kasus Kelaparan
Kelaparan, Ibu Hamil dan Anaknya Tewas


Liputan6.com, Makassar: Besse yang tengah hamil tujuh bulan bersama Bahir (lima tahun), anaknya, Sabtu (1/3), meninggal setelah menderita kelaparan akibat tiga hari tidak makan. Sedangkan Sari dan Aco, dua anak korban yang lain, masih bisa diselamatkan.

Belum ada pernyataan secara medis yang menjelaskan warga Jalan Daeng Tata I itu meninggal akibat kelaparan. Namun keterangan Aisyah, tetangga Besse, menguatkan kondisi ekonomi keluarga Basri, suami korban yang berprosesi sebagai tukang becak, memang sangat memprihatikan. Sebab untuk makan saja mereka terkadang harus meminta kepada tetangga.

Kusuma Wardani, ahli gizi Dinas Kesehatan Makassar, mengakui tewasnya Besse serta anaknya karena kelaparan sebagai preseden buruk. "Masalah kelaparan ini bukan hanya departemen kesehatan saja yang menanganinya, tetapi ada beberapa instansi terkait," kata dia. Yang pasti, kondisi ini sangat ironis dengan predikat Sulawesi Selatan sebagai lumbung pangan

Syamsu Rizal, anggota DPRD Kota Makassar yang menangani masalah kesejahteraan masyarakat, geram mendengar ada warga Makassar yang meninggal akibat kekurangan pangan. "Ini sebagai kejadian memalukan yang menjadi tamparan bagi pemerintah kota dan seluruh masyarakat Kota Makassar," tutur dia.

Syamsu menuding kasus ini diakibatkan tidak adanya koordinasi dari instansi-instansi yang menangani kesejahteraan masyarakat. Untuk itu, dia bertekad akan segera membawa masalah ini ke rapat dewan. Sementara itu, jenazah Besse dan Bahir hari ini telah dipulangka ke kampung halamannya di Kabupaten Bantaeng untuk dimakamkan.(BOG/Iwan Taruna dan Rizal Randa)

Sunday, March 02, 2008

Begitu Sulit Untukku

Tinggal jauh dari keramaian kota memang jauh lebih menyenangkan -seperti yang aku tulis di postingan -Dia Berlari meninggalkanku-. Sungguh jauh dari kebisingan dan polusi udara kota. Tapi satu hal yang membuat aku agak kewalahan tuk tinggal di pelosok desa ini.. Akomodasi yang begitu susahnya, membuat aktifitas yang aku akan kerjakan tertatih-tatih.

Jarak sekitar kurang lebih 15 km dari rumah untuk sampai dikantor, akan tidak menjadi masalah ditempuh kalau kondisinya sama seperti di ibukota Propinsi, akomodasi dan kondisi jalanan yang cukup nyaman. Di sini, di kota kecil ini semua serba sulit untuk ku. Sekitar 8 km jarak yang harus aku tempuh dengan ojek yang dalam waktu satu jam belum tentu ada yang melintas dan dengan kondisi jalanan yang amburadulnya luar biasa, aku tak tahu apa yang ada di dalam fikiran para pejabat-pejabat pemerintahan kabupaten ini pada saat membangunnya -apakah keinginan mengambil keuntungan lebih besar ketimbang rasa sayang kepada desanya sendiri- humph... lagi-lagi semuanya menyebalkan. Setelah 8 km itu kulewati, masih ada sisa-sisa kilometer lagi yang harus kulewati untuk sampai ke kantor, kali ini agak lebih baik karena merupakan jalanan poros lintas kabupaten...

Humphh.. tapi ya hingga akhir ini masih tetap bertahan... Walaupun rutinitas untuk mengupdate blog ini menjadi satu bulan sekali atau tidak sama sekali...