Sebulan lebih tidak mengupdate blog ini... Kangen sekali rasanya... Kesibukan luar biasa (sibuk??!!) he2 sedikit sibuk kok, akhirnya tidak bisa lebih sering ke Makassar dan mendapatkan akses internet. Alhamdulillah semuanya berjalan baik di tiap-tiap harinya, juga berkembang dengan baik walaupun ada sedikit hambatan, tapi kan bukan hidup kalau di beberapa kali waktu per tapakan kaki hidup itu tak ada cela... Yang membuat aku semakin kuat menghadapi hidup...
Hampir 70 hari keberadaanku di pelosok desa ini, proses adaptasi menjadi salah satu bahan renunganku tiap tengah malam ketika mata akan terlelap. Apa yang telah aku lakukan hari ini, bagaimana sosialisasiku hari ini dengan orang-orang yang aku temui, apakah gaya bicaraku tidak dianggap "kurangajar", apakah tatapan mataku tidak dianggap terlalu meremehkan... Humph... Terlau banyak rasanya hal-hal... Juga sama halnya ketika aku di makassar, tapi disini semua menjadi EKSTRA. Semuanya harus dipikirkan dengan EKSTRA.
Sejak 7 tahun lalu -ketika aku meninggalkan tanah kelahiran tercinta dan hidup menetap di Makassar- "Nenek Dato" banyak bercerita tentang adat istiadat Makassar -terutama Jeneponto-. Tentang bagaimana harus bersikap ketika bersosialisasi dengan orang-orang Jeneponto -tempat kelahiran Ummi dan Abah-. Terutama ketika memanggil nama mereka apakah harus didahului dengan kata DAENG atau KARAENG. Humphhh... Hal yang sampai hari ini masih sulit untuk ku kerjakan, buat aku yang jarang "pulang kampung" dan menghabiskan 8 tahun "bergaul" di makassar dan lebih banyak menggunakan kata umum IBU atau BAPAK bukan DAENG atau KARAENG. Dan banyak lagi hal-hal yang saat ini harus betul-betul kupelajari dan kupraktekkan baik-baik, jika tidak ingin menjadi bahan pembicaraan di kampungku -pelosok desa di Jeneponto- atau bahkan menjadi pembicaraan lintas kampung he2..
Sampai saat ini, dalam proses belajarku menghadapi budaya, adat istiadat dan aturan hidup di pelosok desa Jeneponto, aku telah menemukan irama yang mulai asyik kujalani. Hariku semakin teratur untuk kujalani, dengan warna-warna menarik... Pagiku dimulai sangat pagi disini -jauh berbeda ketika di Makassar dulu- adzan mesjid yang berada tak jauh dari rumah panggung Nenek Dato menjadi alarm tanda bahwa aktifitasku mulai dikerjakan. Bangun pagi, kalau sempat dan tidak diserang oleh udara dingin yang menggigit tulang, aku berjalan ke masjid melakukan shalat Subuh. Setelahnya adalah bersiap-siap menuju kantor. Jam 7 tepat aku harus menunggu ojek ketempat perhentian angkutan umum.
Salah satu hal yang kusyukuri ketika harus menaiki ojek atau angkutan umum. Banyak mengenal orang baru setiap harinya, belajar bersosialisasi dengan bahasa daerah "MANGKASARA" -hal yang masih begitu ganjal bagiku-. Oh ya juga yang menjadi favoritku yaitu jika aku selalu bisa mendapatkan hal-hal menarik di sepanjang perjalananku untuk di "CAPTURE" menjadi hasil dari "HOBI FOTOGRAFI". Pernah suatu kali, siang hari, bayangkan saja siang hari di tengah pelosok desa Jeneponto yang luar biasa terkenal "PANASnya". Rasa panasnya menembus ke ubun-ubun kepalaku hingga menimbulkan sakit yang luar biasa -tak terhankan- hingga obrolan asyik sang tukang ojek tentang silsilah turunan Bangsawan di Jeneponto menjadi sangat membosankan untukku... Ketika kepalaku seperti ditusukkan oleh duri-duri kaktus, aku melihat keramaian di depanku. Tukang ojek memberhentikan motornya..
"Ngapa i karaeng?" (Ada apa Pak?)
Tanyaku kepada tukang ojek itu.
"Nia tau molong bembe Karaeng. Tau ni hakika kapang."
(Ada orang potong kambing. Orang acara aqiqah mungkin)
Jawabnya, sambil mendongakkan kepalanya untuk melihat lebih jelas.
"Naung a rong paleng di', ero' ka acciniki."
(Saya turun dulu kalau begitu, saya mau lihat)
Secepatnya kukeluarkan kamera dari dalam tasku. Menarik buatku.
Pict 1:Pict 2:Hidup... Hanya perlu dinikmati. Hal yang sekarang begitu kunikmati. Bahkan sangat kunikmati.