Malam itu rasanya tubuhku tak lagi bersahabat untuk melakukan semua aktifitas rutin yang ingin ku kerjakan... Dingin luar biasa menyerang sekujur tubuh, hingga rasanya mulai merembes masuk ke dalam tulang-tulangku... Sungguh rasanya memilukan, lebih sakit rasanya ketimbang "sakit hati" _^
Dalam kondisi begini, tidak enak rasanya tidur sendiri di dalam kamar pengapku karena di beberapa bagian temboknya lembab, sisa-sisa banjir dahsyat di Makassar tahun 1999.. ehmm juga ditemani dengan beberapa boneka yang diantara mereka selalu menatap kejam ke arahku karena sudah hampir 5 tahun tak pernah kuelus hingga benangnya kusut dan berubah warna menjadi kusam. Yaaa aku ingat betul sudah hampir 5 tahun sejak kesibukan kuliah tentang meteorologi laut, geologi laut, ikhtiologi, pencemaran laut, oseaonografi fisika, oseanografi kimia, biologi laut, coralogy, etc; praktikum menghitung jumlah telur dan kematanagan ikan teri, menganalisis persentase Dissolved Oxygen, Sedimentasi, Nitrat, Nitrit di perairan ini dan itu di laboaratorium atau praktek lapang mencari tahu tentang luasan karang, lamun, dan mangrove entah di pulau mana... humph... Wajar memang memang mereka memandang kejam ke arahku setelah beribu-ribu kebaikan mereka menemani dan meminjamkan benang-benangnya untukku ketika hati gundah dan air mata berlinangan...
Aku segera bergegas mengambil selimut tebal yang setia menemaniku dalam dingin malam sejak belasan tahun lalu menuju kamar Ummi dan Abah. Ini dia tempat teraman jika kondisi tubuhku seperti ini. Belaian lembut Ummi cukup dapat mengurangi secuil ngilu itu. Ummi, panggilanku kepada seorang perempuan yang telah memberikan tempat hangat selama 9 bulan di dalam rahimnya dan asupan energi yang cukup untukku... Aku rasa ini akan menjadi panggilan abadiku kepada Ummi setelah beberapa kali kurubah panggilanku kepadanya. Panggilan lainnya tak tahan melekat hanya sekitar 3-4 tahun. Tak tega melihat tubuhku bergetar bak mesin cuci harga murah sedang mengeringkan pakaian, Ummi mengambil selimut tebal lainnya dan menindihnya di atas selimut tebalku yang telah terlebih dahulu membalut tubuhku. Kemudian berusaha memelukku... Walau rasanya seluruh panas tubuh Ummi berusaha ditransferkan kepadaku, tetap tidak ada perubahan bagiku... Rasa dingin luar biasa menyerangku... Aku menggigil sejadi jadinya...
Ummi, perempuan luar biasa yang pernah ku kenal dalam hidup! Aku rasa apa pun akan dilakukan untukku, anak semata wayangnya, pelengkap kebahagian dalam hidupnya, buah hati yang selama 4 tahun dinantikan untuk melengkapi pernikahannya dan anak yang "menyebalkan" karena setiap saat mencuri-curi pelukan dan ciuman hangatnya. Aku ingat betul saat sekolah di Sekolah Dasar Inpres Dok VIII Jayapura dulu dari kelas dasar hingga tamat, Ummi setia mengantar ku menuruni gunung sekitar 1 km menuju sekolah kampung di bawah gunung sana sambil menyuapi makanan. Kadang aku merasa malu dengan teman-teman yang melihatku. "Su di antar sama mama, disuapi makan lagi". Begitu kata mereka dengan logat PAPUA yang kental melihat hari-hari ku yang selalu di temani Ummi.
Ada juga pengalaman lainku, yang akhirnya menyadarkanku begitu hebatnya Perempuan yang telah melahirkanku.
Ketika di Sekolah Dasar, aku adalah satu-satunya anak perempuan di Kompleks Rumah Dinas ku yang bersekolah di sekolah kampung itu selebihnya hanya sekitar 3 orang laki-laki. Di sekolah ku mayoritas adalah anak-anak pribumi PAPUA, saat itu aku bisa menghitung dengan jari teman-teman ku yang pendatang. Teman-teman di kompleksku yang jumlahnya lebih 20 orang dan kesemuanya anak-anak pejabat disekolahkan oleh orang tuanya di sekolah swasta terkenal di kota jayapura. Siang itu di terik matahari, aku ingat betul aku bersama teman-teman pribumi PAPUA berjalan kaki pulang kerumah, mendaki gunung sambil mengobrol dan makan buah pinang. Tiba-tiba melintas mobil jemputan sekolah teman-teman "gedongku", setelah sadar yang dilewati itu aku mereka menyuruh supirnya untuk berhenti dan berbalik ke arahku. Saat itu hatiku luar biasa gembira, pikirku akhirnya rutinas jalan kaki mendaki gunungku akan bervariasi dengan naik mobil pulang sekolah dan tentu saja mengurangi keletihanku naik turun gunung setiap harinya. Ternyata perkiraanku salah, mereka menertawaiku, mengejek, menghina karena aku hanya bisa jalan kaki tiap pulang sekolah, ditambah lagi ditemani dengan teman-teman dari sekolah kampungku. Tak ada yang bisa kulakukan saat itu, spontan bulir-bulir bening keluar dan menangis sejadi-jadinya! Bulir itu tak tertahankan meskipun aku telah sampai di rumah, dan tentu saja Ummi kaget mendapati aku dalam keadaan seperti itu.. Dengan umurku saat itu semua cerita keluar dengan spontan dari mulutku. Ummi bak pahlawan super, langsung menuju kerumah teman-teman "gedongku" dan memarahi mereka habis-habisan. Saat itu Ummi mengalahi pesona SUPERMAN, pahlawan super idolaku.
Cerita lain lagi yaitu ketika aku pulang sekolah, siang itu matahari terik dan seorang diri pula! Sekitar 200 m akan mencapai rumah tiba-tiba anjing tetangga yang terkenal galak lari mengejarku setelah mendengar nyanyian cemprengku untuk mengurangi sedikit lelah berjalan kaki mendaki gunung, walaupun setelah bernyanyi nanti hausnya bukan main... Jantungku serasa jatuh tiba-tiba setelah kulihat anjing itu lari sekencang-kencangnya seperti melihat makanan lezat untuk disantap karena tidur siangnya tiba-tiba diganggu dengan suara aneh yang berasal dari mulutku. Aku menangis sejadi-jadinya, mencari benda apa yang bisa membantuku tak ada satupun benda di dekatku yang kurasa bisa membantuku selain berpuluh-puluh pohon tinggi yang berada disamping jalan. Aku berusa berlari ke arah pohon-pohon itu sambil berteriak memanggil nama Ibu sejadi-jadinya, ya saat itu aku masih memanggil Ibu sebelum aku memanggilnya Ummi seperti sekarang. "Ibu!!!!!!!!". Karena jaraknya tak jauh dari rumah atau aku rasa yang paling mungkin adalah suaraku yang memang sangat "kencang dan lantang" berteriak akibat Anjing Sialan itu. Ummi jelas mengenali suara anak nya. Lari tak karuan kulihat Ummi ke arahku. Setelah tahu apa yang membuat suaraku lantang berteriak, Ummi mengambil kayu panjang disampingnya dan mengejar dan memukul anjing itu sejadi-jadinya! Humph, rasanya lepas beban melihat itu. Aku yang telah bersiap memanjat pohon penolong, lari terbirit-birit ke arah Ummi dan memeluk erat dan habis-habisan menceritakan sambil menangis sengakngukkan...
You are my Hero Mom! I Love You!
.........................................................................................
Humph setelah kulewati separuh malamku menggigil kedinginan seperti saat seorang penyelam kehilangan panas tubuhnya karena pakaian pelindung yang dipakai tidak sempurna dalam penyelamannya, panas tubuhku melompat naik ke tingkat lebih tinggi dan enggan turun malah semakin naik...
Kedinginan setengah mati lalu terasa panas luar biasa, kondisi ini ku alami hampir 1 minggu lamanya.. Di perparah lagi dengan tambahan sakit perut, yang menggenapkan "sakit" ini hampir 2 minggu... Wuih! Mungkin kalau hanya nyeri di bagian perut, masih bisa ditangani. Misalnya dengan minta tolong diusapkan campuran bawang merah dan minyak gosok atau berusaha menghubungi nenek "dato" meminta "mantra" mengobati sakit perut yang asli "bahasa mangkasara" dan rumit untuk diucapkan. Tapi kalau masalahnya adalah "bolak balik" ke "water closet" itu adalah masalah besar!
Akhirnya, saat ini alhamdulillah telah kembali fit dan dapat duduk depan komputer dan mem posting ini. Sakit!!! Beribu hikmah dari hal ini. Semua hal baik terlihat pada prosesi ini. Dan semua harapan baik terwujud, dimanja Ummi dan Abah, meminta makanan apapun yang kita mau walaupun tetap tak enak untuk turun melewati indera perasa yang sedang mengalami "masalah kepahitan", dijenguk oleh saudara dan kawan serta yang tidak ketinggalan mendapati sms dengan bunyi "Kesehatanmu Adalah Nafas Hidupku!".. he2.. TAPI! Satu harapan baik yang tidak tercapai dengan maksimal, LANGSING! but it's ok, Nature Overdid a Good Thing, RIGHT? he2... Ehmmm Terimakasih Ummi, Selalu ada disampingku dan memberikan Doa-Doa terbaikmu.
Di doa Ibuku namaku di sebut
Di doa Ibu ku dengar ada namaku di sebut
Ada namaku di sebut
Dalam kondisi begini, tidak enak rasanya tidur sendiri di dalam kamar pengapku karena di beberapa bagian temboknya lembab, sisa-sisa banjir dahsyat di Makassar tahun 1999.. ehmm juga ditemani dengan beberapa boneka yang diantara mereka selalu menatap kejam ke arahku karena sudah hampir 5 tahun tak pernah kuelus hingga benangnya kusut dan berubah warna menjadi kusam. Yaaa aku ingat betul sudah hampir 5 tahun sejak kesibukan kuliah tentang meteorologi laut, geologi laut, ikhtiologi, pencemaran laut, oseaonografi fisika, oseanografi kimia, biologi laut, coralogy, etc; praktikum menghitung jumlah telur dan kematanagan ikan teri, menganalisis persentase Dissolved Oxygen, Sedimentasi, Nitrat, Nitrit di perairan ini dan itu di laboaratorium atau praktek lapang mencari tahu tentang luasan karang, lamun, dan mangrove entah di pulau mana... humph... Wajar memang memang mereka memandang kejam ke arahku setelah beribu-ribu kebaikan mereka menemani dan meminjamkan benang-benangnya untukku ketika hati gundah dan air mata berlinangan...
Aku segera bergegas mengambil selimut tebal yang setia menemaniku dalam dingin malam sejak belasan tahun lalu menuju kamar Ummi dan Abah. Ini dia tempat teraman jika kondisi tubuhku seperti ini. Belaian lembut Ummi cukup dapat mengurangi secuil ngilu itu. Ummi, panggilanku kepada seorang perempuan yang telah memberikan tempat hangat selama 9 bulan di dalam rahimnya dan asupan energi yang cukup untukku... Aku rasa ini akan menjadi panggilan abadiku kepada Ummi setelah beberapa kali kurubah panggilanku kepadanya. Panggilan lainnya tak tahan melekat hanya sekitar 3-4 tahun. Tak tega melihat tubuhku bergetar bak mesin cuci harga murah sedang mengeringkan pakaian, Ummi mengambil selimut tebal lainnya dan menindihnya di atas selimut tebalku yang telah terlebih dahulu membalut tubuhku. Kemudian berusaha memelukku... Walau rasanya seluruh panas tubuh Ummi berusaha ditransferkan kepadaku, tetap tidak ada perubahan bagiku... Rasa dingin luar biasa menyerangku... Aku menggigil sejadi jadinya...
Ummi, perempuan luar biasa yang pernah ku kenal dalam hidup! Aku rasa apa pun akan dilakukan untukku, anak semata wayangnya, pelengkap kebahagian dalam hidupnya, buah hati yang selama 4 tahun dinantikan untuk melengkapi pernikahannya dan anak yang "menyebalkan" karena setiap saat mencuri-curi pelukan dan ciuman hangatnya. Aku ingat betul saat sekolah di Sekolah Dasar Inpres Dok VIII Jayapura dulu dari kelas dasar hingga tamat, Ummi setia mengantar ku menuruni gunung sekitar 1 km menuju sekolah kampung di bawah gunung sana sambil menyuapi makanan. Kadang aku merasa malu dengan teman-teman yang melihatku. "Su di antar sama mama, disuapi makan lagi". Begitu kata mereka dengan logat PAPUA yang kental melihat hari-hari ku yang selalu di temani Ummi.
Ada juga pengalaman lainku, yang akhirnya menyadarkanku begitu hebatnya Perempuan yang telah melahirkanku.
Ketika di Sekolah Dasar, aku adalah satu-satunya anak perempuan di Kompleks Rumah Dinas ku yang bersekolah di sekolah kampung itu selebihnya hanya sekitar 3 orang laki-laki. Di sekolah ku mayoritas adalah anak-anak pribumi PAPUA, saat itu aku bisa menghitung dengan jari teman-teman ku yang pendatang. Teman-teman di kompleksku yang jumlahnya lebih 20 orang dan kesemuanya anak-anak pejabat disekolahkan oleh orang tuanya di sekolah swasta terkenal di kota jayapura. Siang itu di terik matahari, aku ingat betul aku bersama teman-teman pribumi PAPUA berjalan kaki pulang kerumah, mendaki gunung sambil mengobrol dan makan buah pinang. Tiba-tiba melintas mobil jemputan sekolah teman-teman "gedongku", setelah sadar yang dilewati itu aku mereka menyuruh supirnya untuk berhenti dan berbalik ke arahku. Saat itu hatiku luar biasa gembira, pikirku akhirnya rutinas jalan kaki mendaki gunungku akan bervariasi dengan naik mobil pulang sekolah dan tentu saja mengurangi keletihanku naik turun gunung setiap harinya. Ternyata perkiraanku salah, mereka menertawaiku, mengejek, menghina karena aku hanya bisa jalan kaki tiap pulang sekolah, ditambah lagi ditemani dengan teman-teman dari sekolah kampungku. Tak ada yang bisa kulakukan saat itu, spontan bulir-bulir bening keluar dan menangis sejadi-jadinya! Bulir itu tak tertahankan meskipun aku telah sampai di rumah, dan tentu saja Ummi kaget mendapati aku dalam keadaan seperti itu.. Dengan umurku saat itu semua cerita keluar dengan spontan dari mulutku. Ummi bak pahlawan super, langsung menuju kerumah teman-teman "gedongku" dan memarahi mereka habis-habisan. Saat itu Ummi mengalahi pesona SUPERMAN, pahlawan super idolaku.
Cerita lain lagi yaitu ketika aku pulang sekolah, siang itu matahari terik dan seorang diri pula! Sekitar 200 m akan mencapai rumah tiba-tiba anjing tetangga yang terkenal galak lari mengejarku setelah mendengar nyanyian cemprengku untuk mengurangi sedikit lelah berjalan kaki mendaki gunung, walaupun setelah bernyanyi nanti hausnya bukan main... Jantungku serasa jatuh tiba-tiba setelah kulihat anjing itu lari sekencang-kencangnya seperti melihat makanan lezat untuk disantap karena tidur siangnya tiba-tiba diganggu dengan suara aneh yang berasal dari mulutku. Aku menangis sejadi-jadinya, mencari benda apa yang bisa membantuku tak ada satupun benda di dekatku yang kurasa bisa membantuku selain berpuluh-puluh pohon tinggi yang berada disamping jalan. Aku berusa berlari ke arah pohon-pohon itu sambil berteriak memanggil nama Ibu sejadi-jadinya, ya saat itu aku masih memanggil Ibu sebelum aku memanggilnya Ummi seperti sekarang. "Ibu!!!!!!!!". Karena jaraknya tak jauh dari rumah atau aku rasa yang paling mungkin adalah suaraku yang memang sangat "kencang dan lantang" berteriak akibat Anjing Sialan itu. Ummi jelas mengenali suara anak nya. Lari tak karuan kulihat Ummi ke arahku. Setelah tahu apa yang membuat suaraku lantang berteriak, Ummi mengambil kayu panjang disampingnya dan mengejar dan memukul anjing itu sejadi-jadinya! Humph, rasanya lepas beban melihat itu. Aku yang telah bersiap memanjat pohon penolong, lari terbirit-birit ke arah Ummi dan memeluk erat dan habis-habisan menceritakan sambil menangis sengakngukkan...
You are my Hero Mom! I Love You!
.........................................................................................
Humph setelah kulewati separuh malamku menggigil kedinginan seperti saat seorang penyelam kehilangan panas tubuhnya karena pakaian pelindung yang dipakai tidak sempurna dalam penyelamannya, panas tubuhku melompat naik ke tingkat lebih tinggi dan enggan turun malah semakin naik...
Kedinginan setengah mati lalu terasa panas luar biasa, kondisi ini ku alami hampir 1 minggu lamanya.. Di perparah lagi dengan tambahan sakit perut, yang menggenapkan "sakit" ini hampir 2 minggu... Wuih! Mungkin kalau hanya nyeri di bagian perut, masih bisa ditangani. Misalnya dengan minta tolong diusapkan campuran bawang merah dan minyak gosok atau berusaha menghubungi nenek "dato" meminta "mantra" mengobati sakit perut yang asli "bahasa mangkasara" dan rumit untuk diucapkan. Tapi kalau masalahnya adalah "bolak balik" ke "water closet" itu adalah masalah besar!
Akhirnya, saat ini alhamdulillah telah kembali fit dan dapat duduk depan komputer dan mem posting ini. Sakit!!! Beribu hikmah dari hal ini. Semua hal baik terlihat pada prosesi ini. Dan semua harapan baik terwujud, dimanja Ummi dan Abah, meminta makanan apapun yang kita mau walaupun tetap tak enak untuk turun melewati indera perasa yang sedang mengalami "masalah kepahitan", dijenguk oleh saudara dan kawan serta yang tidak ketinggalan mendapati sms dengan bunyi "Kesehatanmu Adalah Nafas Hidupku!".. he2.. TAPI! Satu harapan baik yang tidak tercapai dengan maksimal, LANGSING! but it's ok, Nature Overdid a Good Thing, RIGHT? he2... Ehmmm Terimakasih Ummi, Selalu ada disampingku dan memberikan Doa-Doa terbaikmu.
Di doa Ibuku namaku di sebut
Di doa Ibu ku dengar ada namaku di sebut
Ada namaku di sebut