Global Warming... Sekarang dimana-mana, media cetak maupun elektronik, seminar-seminar nasional maupun internasional sedang gencar-gencarnya mempublikasikan tuk STOP GLOBAL WARMING!!! Yup STOP GLOBAL WARMING!!!
Vy "mendengar" istilah Global Warming ini sejak SMP! Tapi dulu kala gak ngerti apa pengaruhnya terhadap bumi ini... Kemudian saat SMA kelas 2 ehmm dapat tugas kimia tentang Global Warming dan apa penyebabnya.. barulah saat itu tahu tentang apa pengaruhnya terhadap bumi dan manusianya.
Dan setelah kuliah di Ilmu Kelautan UNHAS lupa semester berapa yang jelas masih di semester awal ada mata kuliah namanya METEOROLOGI. Di mata kuliah ini dibahas juga tentang Global Warming. Kenapa ada bahasan ini di mata kuliah METEOROLOGI yaitu berkaitan erat dengan pemutihan karang atau bahasa kerennya Coral Bleaching (ehmmm deket-deket juga ma penelitian Vy nih) salah satu penyebabnya adalah Global Warming...
Metode kuliah METEOROLOGI ini dulu adalah sistem persentasi, diskusi, dan tanya jawab kelompok. Peserta mata kuliah ini dibagi ke dalam berbagai kelompok denagn masing-masing pokok bahasan ya itu tadi tentang penyebab-penyebab terjadi Coral Bleaching: Global Warming, El Nino, Hujan Asam, Efek Rumah Kaca... selainnya ehm Vy lupa... he2. Kebetulan kelompok Vy mendapat pokok bahasan Global Warming.
Persentasi, diskusi dan tanya jawab dilalap habis ma kelompok Vy... Secara kelompok Vy paling jago nyari bahan jadi semua detail tentang Global Warming sudah dapat dijawab walau tidak dengan sempurna. Dari diskusi itu kemudian membawa Vy menjadi salah satu mahasiswa dengan nilai tertinggi.. eng i eng.. Vy jadi gak usah ngikutin final mata kuliah ini. Yaaaa BEBAS FINAL dengan nilai A. hE2..
Wahaha panjang yaaa intronya... gak papalah yaaa... :p. Vy just want to say STOP GLOBAL WARMING!!!
MUNGKINKAH IKLIM BERUBAH?
Efek Rumah Kaca adalah Penyebabnya
Pernahkah anda mendengar tentang rumah kaca? Rumah yang atap dan dindingnya terbuat dari kaca. Rumah ini biasa digunakan untuk pembibitan pada kegiatan perkebunan dan berfungsi untuk menghangatkan tanaman yang berada di dalamnya.
Sebagai ilustrasi, pernahkah anda berada di dalam sebuah mobil yang tertutup, di bawah panas terik matahari? Bagaimana rasanya? Panas bukan? Hal ini disebabkan oleh sinar matahari yang masuk menembus kaca mobil membuat seisi mobil menjadi panas. Panas matahari tersebut terperangkap di dalam mobil, tidak dapat menembus ke luar kaca mobil.
Hal di atas juga terjadi pada bumi, di mana radiasi yang dipancarkan oleh matahari, menembus lapisan atmosfer dan masuk ke bumi. Radiasi matahari yang masuk ke bumi dalam bentuk gelombang pendek menembus atmosfer bumi dan berubah menjadi gelombang panjang ketika mencapai permukaan bumi.
Setelah mencapai permukaan bumi, sebagian gelombang dipantulkan kembali ke atmosfer.Namun sayangnya, tak semua gelombang panjang yang dipantulkan kembali oleh bumi dapat menembus atmosfer menuju angkasa luar karena sebagian dihadang dan diserap oleh gas-gas yang berada di atmosfer - disebut gas rumah kaca (GRK). Akibatnya radiasi matahari tersebut terperangkap di atmosfer bumi. Karena peristiwa ini berlangsung berulang kali, maka kemudian terjadi akumulasi radiasi matahari di atmosfer bumi yang menyebabkan suhu di bumi menjadi semakin hangat.
Peristiwa alam ini dikenal dengan efek rumah kaca (ERK), karena peristiwanya serupa dengan proses yang terjadi di dalam rumah kaca. Jadi efek rumah kaca bukanlah efek yang ditimbulkan oleh gedung-gedung kaca, seperti yang selama ini sering disalahartikan.
Peristiwa ERK menyebabkan bumi menjadi hangat dan layak untuk ditempati manusia. Jika tidak ada ERK, maka suhu permukaan bumi akan 33°C lebih dingin dibanding suhu saat ini. Namun berbagai aktivitas manusia, terutama proses industri dan transportasi, menyebabkan GRK yang diemisikan ke atmosfer terus meningkat.
Alhasil, terjadilah perubahan komposisi GRK di atmosfer.Hal ini kemudian menyebabkan radiasi yang dipantulkan kembali oleh permukaan bumi ke luar angkasa terhambat sehingga menyebabkan terjadinya akumulasi panas di atmosfer.
Singkat kata, meningkatnya konsentrasi GRK di atmosfer akibat aktivitas manusia di berbagai belahan dunia, menyebabkan meningkatnya radiasi yang terperangkap di atmosfer. Akibatnya, suhu rata-rata di seluruh permukaan bumi meningkat. Peristiwa ini disebut Pemanasan Global.
Meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi menyebabkan terjadinya perubahan pada unsurunsur iklim lainnya, seperti naiknya suhu air laut, meningkatnya penguapan di udara, serta berubahnya pola curah hujan dan tekanan udara yang pada akhirnya merubah pola iklim dunia. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan Perubahan Iklim.
Perubahan iklim sendiri merupakan sebuah fenomena global karena penyebabnya bersifat global, disebabkan oleh aktivitas manusia di seluruh dunia. Selain itu, dampaknya juga bersifat global, dirasakan oleh seluruh mahluk hidup di berbagai belahan dunia. Oleh karena itu solusinya pun harus bersifat global, namun dalam bentuk aksi lokal
di seluruh dunia.
Perubahan iklim itu sendiri terjadi secara perlahan dalam jangka waktu yang cukup panjang, antara 50-100 tahun. Walaupun terjadi secara perlahan, perubahan iklim memberikan dampak yang sangat besar pada kehidupan umat manusia. Sebagian besar wilayah di dunia akan menjadi semakin panas, sementara bagian lainnya akan berubah semakin dingin. Saat inipun dampaknya sudah mulai kita rasakan.
DAMPAK PERUBAHAN IKLIM
A. Mencairnya Es di Kutub
Perubahan iklim juga menyebabkan mencairnya es dan gletser di seluruh dunia, terutama di Kutub Utara dan Selatan. Diketahui bahwa es yang menyelimuti permukaan bumi telah berkurang 10% sejak tahun 1960. Sementara ketebalan es di Kutub Utara telah berkurang 42% dalam 40 tahun terakhir (Fred Pearce, 2001).
Diperkirakan pada tahun 2100, gletser yang menyelimuti pegunungan Himalaya seluas 33.000 km2 akan mencair. Ilmuwan Eropa juga memperkirakan sekitar 50-90% gletser di pegunungan Alpen akan menghilang. Diperkirakan pegunungan salju Australia akan “bebas salju” pada tahun 2070. Sementara menurut penelitian Lonnie Thomson dari Byard Polar Research Center - Universitas Ohio, diperkirakan seluruh salju di pegunungan Kilimanjaro akan mencair pada tahun 2015 akibat pemanasan global (Fred Pearce, 2001).
B. Pergeseran Musim
Selain itu, perubahan iklim juga menyebabkan terjadinya pergeseran musim, di mana musim kemarau akan berlangsung lama sehingga menimbulkan bencana kekeringan dan penggurunan. Para ilmuwan memperkirakan bahwa kekeringan akan melanda Afrika, Eropa, Amerika Utara, dan Australia.
Sementara musim hujan akan berlangsung dalam waktu singkat
dengan kecenderungan intensitas curah hujan yang lebih tinggi dari curah hujan normal sehingga menyebabkan bencana banjir dan tanah longsor.
Terbukti bahwa di wilayah Asia Tenggara serta beberapa wilayah lainnya yang rentan terhadap badai dan angin puting beliung telah mengalami badai yang lebih dahsyat, hujan yang lebih deras serta lebih banyak bencana banjir. Sementara di beberapa wilayah di Indonesia juga sudah terbukti mengalami bencana banjir dan longsor.
C. Peningkatan Permukaan Air Laut
Dampak perubahan iklim yang lainnya adalah meningkatnya permukaan air laut. Menurut IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change), panel ahli untuk isu perubahan iklim, dalam 100 tahun terakhir telah terjadi peningkatan permukaan air laut setinggi 10-25 cm. Sementara itu diperkirakan bahwa pada tahun 2100 mendatang akan terjadi peningkatan air laut setinggi 15-95 cm (Greenpeace, 1998).
Sebagai ilustrasi, peningkatan permukaan air laut setinggi 1 m akan menyebabkan hilangnya 1% daratan Mesir, Belanda 6%, Bangladesh sebesar 17,5% dan 80% atol di Kepulauan Marshall menghilang (Fred Pearce, 2001).
Perubahan iklim juga menyebabkannegara-negara kepulauan seperti Karibia, Fiji, Samoa, Vanuatu, Jepang, Filipina serta Indonesia terancam tenggelam akibat naiknya permukaan air laut. Ini berarti puluhan juta orang yang hidup di pesisir pantai harus mengungsi ke daerah yang lebih tinggi.
D. Dampak Lainnya
Selain dampak-dampak di atas, perubahan iklim juga akan menyebabkan terjadinya krisis persediaan makanan akibat tingginya potensi gagal panen, krisis air bersih, meluasnya penyebaran penyakit tropis seperti malaria, demam berdarah dan diare, kebakaran hutan, serta hilangnya jutaan spesies flora dan fauna karena tidak dapat beradaptasi dengan perubahan suhu di bumi.
Hal ini menunjukkan bahwa perubahan iklim merupakan ancaman serius bagi kelangsungan hidup umat manusia serta mahluk hidup lain.
Selain itu dampaknya tidak hanya terjadi di satu negara atau di satu wilayah, tapi di seluruh dunia, melintasi batas negara. Walaupun begitu, tingkat perekonomian yang jauh di bawah negara maju serta perekonomian yang berbasis sumber daya alam menyebabkan negara berkembang lebih rentan terhadap dampak-dampak yang ditimbulkan akibat perubahan iklim dibandingkan negara maju.
Dalam prosesnya perubahan iklim terjadi sangat lamban, sehingga dampaknya tak langsung dirasakan saat ini, namun akan sangat terasa bagi generasi mendatang. Dan ketika perubahan iklim telah terjadi, maka tak satu upaya pun yang dapat dilakukan untuk mengembalikan kondisi ke keadaan semula.
Apapun upaya yang dilakukan, perubahan iklim akan tetap terjadi. Ini dikarenakan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari aktivitas manusia telah meningkat dengan pesat sejak dimulainya revolusi industri pada tahun 1850. Walaupun begitu, kita harus berupaya memperlambat terjadinya proses perubahan iklim. Salah satunya dengan cara mengurangi konsumsi bahan bakar fosil yang pastinya akan menghasilkan emisi GRK.
Dengan demikian dampak perubahan iklim tidak terjadi dalam waktu yang singkat dan perubahannya pun tak dalam bentuk yang ekstrem, sehingga manusia serta mahluk hidup lainnya dapat beradaptasi dengan perubahan-perubahan alam yang terjadi.
Dampak terhadap sektor perikanan Indonesia
Dampaknya pada Sektor Perikanan Pemanasan global menyebabkan memanasnya air laut, sebesar 2-3°C. Akibatnya, alga yang merupakan sumber makanan terumbu karang akan mati
karena tidak mampu beradaptasi dengan peningkatan suhu air laut. Hal ini berdampak pada menipisnya ketersediaan makanan terumbu karang. Akhirnya, terumbu karang pun akan berubah warna menjadi putih dan mati (coral bleaching).
Memanasnya air laut mengakibatkan menurunnya jumlah terumbu karang di Indonesia.Padahal kepulauan Indonesia saat ini memiliki 14.000 unit terumbu karang dengan luasan total sekitar 85.700 km2 atau sekitar 14% dari terumbu karang dunia (WRI, 2002).
Peristiwa El Nino, biasa juga disebut ENSO (El Nino Southern Oscillation) yang terjadi setiap 2-13 tahun sekali (lihat boks 1.5), pada tahun 1997-1998 menyebabkan naiknya suhu air laut sehingga memicu peristiwa pemutihan karang terluas, terutama di wilayah barat Indonesia. Pemutihan karang terjadi di bagian timur Sumatera, Jawa, Bali dan Lombok. Menurut Wilkinson di Indonesia sudah terjadi pemutihan karang sebesar 30% (Murdiyarso, 2003). Di Kepulauan Seribu, sekitar 90-95% terumbu karang hingga kedalaman 25 m mengalami kematian.
Setelah El Nino berlalu, terumbu karang yang rusak punya kesempatan untuk tumbuh kembali. Seperti halnya yang terjadi pada terumbu karang di Kepulauan Seribu yang
membaik sekitar 20-30% dalam waktu 2 tahun. Namun bayangkan jika terjadi perubahan iklim, pemutihan karang akan terjadi secara terus menerus, sehingga tak ada lagi kesempatan bagi terumbu karang untuk tumbuh dan memperbaiki diri kembali.
Pemutihan karang menyebabkan punahnya berbagai jenis ikan karang yang bernilai ekonomi tinggi (contohnya, ikan kerapu macan, kerapu sunu, napoleon dan lainlain) karena tak ada lagi terumbu karang yang layak untuk dihuni dan berfungsi sebagai sumber makanan. Padahal Indonesia mempunyai lebih dari 1.650 jenis ikan karang, itupun hanya yang terdapat di wilayah Indonesia bagian timur saja belum terhitung yang berada wilayah lainnya.
Akibat lebih jauh adalah terjadinya perubahan komposisi ikan di laut Indonesia. Ikan yang tak tergantung pada terumbu karang akan tumbuh dengan suburnya. Contohnya, ikan belanak, bandeng, tenggiri dan teri, padahal ikan tersebut mempunyai nilai ekonomis yg lebih rendah daripada jenis ikan karang.
Tak hanya itu, memanasnya air laut akan mengganggu kehidupan jenis ikan tertentu yang sensitif terhadap naiknya suhu. Ini mengakibatkan terjadinya migrasi ikan ke daerah yang lebih dingin. Akhirnya, Indonesia akan kehilangan beberapa jenis ikan. Akibatnya, nelayan lokal akan makin terpuruk karena menurunnya hasil tangkapan ikan.
Dari Berbagi Sumber
Vy "mendengar" istilah Global Warming ini sejak SMP! Tapi dulu kala gak ngerti apa pengaruhnya terhadap bumi ini... Kemudian saat SMA kelas 2 ehmm dapat tugas kimia tentang Global Warming dan apa penyebabnya.. barulah saat itu tahu tentang apa pengaruhnya terhadap bumi dan manusianya.
Dan setelah kuliah di Ilmu Kelautan UNHAS lupa semester berapa yang jelas masih di semester awal ada mata kuliah namanya METEOROLOGI. Di mata kuliah ini dibahas juga tentang Global Warming. Kenapa ada bahasan ini di mata kuliah METEOROLOGI yaitu berkaitan erat dengan pemutihan karang atau bahasa kerennya Coral Bleaching (ehmmm deket-deket juga ma penelitian Vy nih) salah satu penyebabnya adalah Global Warming...
Metode kuliah METEOROLOGI ini dulu adalah sistem persentasi, diskusi, dan tanya jawab kelompok. Peserta mata kuliah ini dibagi ke dalam berbagai kelompok denagn masing-masing pokok bahasan ya itu tadi tentang penyebab-penyebab terjadi Coral Bleaching: Global Warming, El Nino, Hujan Asam, Efek Rumah Kaca... selainnya ehm Vy lupa... he2. Kebetulan kelompok Vy mendapat pokok bahasan Global Warming.
Persentasi, diskusi dan tanya jawab dilalap habis ma kelompok Vy... Secara kelompok Vy paling jago nyari bahan jadi semua detail tentang Global Warming sudah dapat dijawab walau tidak dengan sempurna. Dari diskusi itu kemudian membawa Vy menjadi salah satu mahasiswa dengan nilai tertinggi.. eng i eng.. Vy jadi gak usah ngikutin final mata kuliah ini. Yaaaa BEBAS FINAL dengan nilai A. hE2..
Wahaha panjang yaaa intronya... gak papalah yaaa... :p. Vy just want to say STOP GLOBAL WARMING!!!
**********************************
MUNGKINKAH IKLIM BERUBAH?
Efek Rumah Kaca adalah Penyebabnya
Pernahkah anda mendengar tentang rumah kaca? Rumah yang atap dan dindingnya terbuat dari kaca. Rumah ini biasa digunakan untuk pembibitan pada kegiatan perkebunan dan berfungsi untuk menghangatkan tanaman yang berada di dalamnya.
Sebagai ilustrasi, pernahkah anda berada di dalam sebuah mobil yang tertutup, di bawah panas terik matahari? Bagaimana rasanya? Panas bukan? Hal ini disebabkan oleh sinar matahari yang masuk menembus kaca mobil membuat seisi mobil menjadi panas. Panas matahari tersebut terperangkap di dalam mobil, tidak dapat menembus ke luar kaca mobil.
Hal di atas juga terjadi pada bumi, di mana radiasi yang dipancarkan oleh matahari, menembus lapisan atmosfer dan masuk ke bumi. Radiasi matahari yang masuk ke bumi dalam bentuk gelombang pendek menembus atmosfer bumi dan berubah menjadi gelombang panjang ketika mencapai permukaan bumi.
Setelah mencapai permukaan bumi, sebagian gelombang dipantulkan kembali ke atmosfer.Namun sayangnya, tak semua gelombang panjang yang dipantulkan kembali oleh bumi dapat menembus atmosfer menuju angkasa luar karena sebagian dihadang dan diserap oleh gas-gas yang berada di atmosfer - disebut gas rumah kaca (GRK). Akibatnya radiasi matahari tersebut terperangkap di atmosfer bumi. Karena peristiwa ini berlangsung berulang kali, maka kemudian terjadi akumulasi radiasi matahari di atmosfer bumi yang menyebabkan suhu di bumi menjadi semakin hangat.
Peristiwa alam ini dikenal dengan efek rumah kaca (ERK), karena peristiwanya serupa dengan proses yang terjadi di dalam rumah kaca. Jadi efek rumah kaca bukanlah efek yang ditimbulkan oleh gedung-gedung kaca, seperti yang selama ini sering disalahartikan.
Peristiwa ERK menyebabkan bumi menjadi hangat dan layak untuk ditempati manusia. Jika tidak ada ERK, maka suhu permukaan bumi akan 33°C lebih dingin dibanding suhu saat ini. Namun berbagai aktivitas manusia, terutama proses industri dan transportasi, menyebabkan GRK yang diemisikan ke atmosfer terus meningkat.
Alhasil, terjadilah perubahan komposisi GRK di atmosfer.Hal ini kemudian menyebabkan radiasi yang dipantulkan kembali oleh permukaan bumi ke luar angkasa terhambat sehingga menyebabkan terjadinya akumulasi panas di atmosfer.
Singkat kata, meningkatnya konsentrasi GRK di atmosfer akibat aktivitas manusia di berbagai belahan dunia, menyebabkan meningkatnya radiasi yang terperangkap di atmosfer. Akibatnya, suhu rata-rata di seluruh permukaan bumi meningkat. Peristiwa ini disebut Pemanasan Global.
Meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi menyebabkan terjadinya perubahan pada unsurunsur iklim lainnya, seperti naiknya suhu air laut, meningkatnya penguapan di udara, serta berubahnya pola curah hujan dan tekanan udara yang pada akhirnya merubah pola iklim dunia. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan Perubahan Iklim.
Perubahan iklim sendiri merupakan sebuah fenomena global karena penyebabnya bersifat global, disebabkan oleh aktivitas manusia di seluruh dunia. Selain itu, dampaknya juga bersifat global, dirasakan oleh seluruh mahluk hidup di berbagai belahan dunia. Oleh karena itu solusinya pun harus bersifat global, namun dalam bentuk aksi lokal
di seluruh dunia.
Perubahan iklim itu sendiri terjadi secara perlahan dalam jangka waktu yang cukup panjang, antara 50-100 tahun. Walaupun terjadi secara perlahan, perubahan iklim memberikan dampak yang sangat besar pada kehidupan umat manusia. Sebagian besar wilayah di dunia akan menjadi semakin panas, sementara bagian lainnya akan berubah semakin dingin. Saat inipun dampaknya sudah mulai kita rasakan.
DAMPAK PERUBAHAN IKLIM
A. Mencairnya Es di Kutub
Perubahan iklim juga menyebabkan mencairnya es dan gletser di seluruh dunia, terutama di Kutub Utara dan Selatan. Diketahui bahwa es yang menyelimuti permukaan bumi telah berkurang 10% sejak tahun 1960. Sementara ketebalan es di Kutub Utara telah berkurang 42% dalam 40 tahun terakhir (Fred Pearce, 2001).
Diperkirakan pada tahun 2100, gletser yang menyelimuti pegunungan Himalaya seluas 33.000 km2 akan mencair. Ilmuwan Eropa juga memperkirakan sekitar 50-90% gletser di pegunungan Alpen akan menghilang. Diperkirakan pegunungan salju Australia akan “bebas salju” pada tahun 2070. Sementara menurut penelitian Lonnie Thomson dari Byard Polar Research Center - Universitas Ohio, diperkirakan seluruh salju di pegunungan Kilimanjaro akan mencair pada tahun 2015 akibat pemanasan global (Fred Pearce, 2001).
B. Pergeseran Musim
Selain itu, perubahan iklim juga menyebabkan terjadinya pergeseran musim, di mana musim kemarau akan berlangsung lama sehingga menimbulkan bencana kekeringan dan penggurunan. Para ilmuwan memperkirakan bahwa kekeringan akan melanda Afrika, Eropa, Amerika Utara, dan Australia.
Sementara musim hujan akan berlangsung dalam waktu singkat
dengan kecenderungan intensitas curah hujan yang lebih tinggi dari curah hujan normal sehingga menyebabkan bencana banjir dan tanah longsor.
Terbukti bahwa di wilayah Asia Tenggara serta beberapa wilayah lainnya yang rentan terhadap badai dan angin puting beliung telah mengalami badai yang lebih dahsyat, hujan yang lebih deras serta lebih banyak bencana banjir. Sementara di beberapa wilayah di Indonesia juga sudah terbukti mengalami bencana banjir dan longsor.
C. Peningkatan Permukaan Air Laut
Dampak perubahan iklim yang lainnya adalah meningkatnya permukaan air laut. Menurut IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change), panel ahli untuk isu perubahan iklim, dalam 100 tahun terakhir telah terjadi peningkatan permukaan air laut setinggi 10-25 cm. Sementara itu diperkirakan bahwa pada tahun 2100 mendatang akan terjadi peningkatan air laut setinggi 15-95 cm (Greenpeace, 1998).
Sebagai ilustrasi, peningkatan permukaan air laut setinggi 1 m akan menyebabkan hilangnya 1% daratan Mesir, Belanda 6%, Bangladesh sebesar 17,5% dan 80% atol di Kepulauan Marshall menghilang (Fred Pearce, 2001).
Perubahan iklim juga menyebabkannegara-negara kepulauan seperti Karibia, Fiji, Samoa, Vanuatu, Jepang, Filipina serta Indonesia terancam tenggelam akibat naiknya permukaan air laut. Ini berarti puluhan juta orang yang hidup di pesisir pantai harus mengungsi ke daerah yang lebih tinggi.
D. Dampak Lainnya
Selain dampak-dampak di atas, perubahan iklim juga akan menyebabkan terjadinya krisis persediaan makanan akibat tingginya potensi gagal panen, krisis air bersih, meluasnya penyebaran penyakit tropis seperti malaria, demam berdarah dan diare, kebakaran hutan, serta hilangnya jutaan spesies flora dan fauna karena tidak dapat beradaptasi dengan perubahan suhu di bumi.
Hal ini menunjukkan bahwa perubahan iklim merupakan ancaman serius bagi kelangsungan hidup umat manusia serta mahluk hidup lain.
Selain itu dampaknya tidak hanya terjadi di satu negara atau di satu wilayah, tapi di seluruh dunia, melintasi batas negara. Walaupun begitu, tingkat perekonomian yang jauh di bawah negara maju serta perekonomian yang berbasis sumber daya alam menyebabkan negara berkembang lebih rentan terhadap dampak-dampak yang ditimbulkan akibat perubahan iklim dibandingkan negara maju.
Dalam prosesnya perubahan iklim terjadi sangat lamban, sehingga dampaknya tak langsung dirasakan saat ini, namun akan sangat terasa bagi generasi mendatang. Dan ketika perubahan iklim telah terjadi, maka tak satu upaya pun yang dapat dilakukan untuk mengembalikan kondisi ke keadaan semula.
Apapun upaya yang dilakukan, perubahan iklim akan tetap terjadi. Ini dikarenakan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari aktivitas manusia telah meningkat dengan pesat sejak dimulainya revolusi industri pada tahun 1850. Walaupun begitu, kita harus berupaya memperlambat terjadinya proses perubahan iklim. Salah satunya dengan cara mengurangi konsumsi bahan bakar fosil yang pastinya akan menghasilkan emisi GRK.
Dengan demikian dampak perubahan iklim tidak terjadi dalam waktu yang singkat dan perubahannya pun tak dalam bentuk yang ekstrem, sehingga manusia serta mahluk hidup lainnya dapat beradaptasi dengan perubahan-perubahan alam yang terjadi.
Dampak terhadap sektor perikanan Indonesia
Dampaknya pada Sektor Perikanan Pemanasan global menyebabkan memanasnya air laut, sebesar 2-3°C. Akibatnya, alga yang merupakan sumber makanan terumbu karang akan mati
karena tidak mampu beradaptasi dengan peningkatan suhu air laut. Hal ini berdampak pada menipisnya ketersediaan makanan terumbu karang. Akhirnya, terumbu karang pun akan berubah warna menjadi putih dan mati (coral bleaching).
Memanasnya air laut mengakibatkan menurunnya jumlah terumbu karang di Indonesia.Padahal kepulauan Indonesia saat ini memiliki 14.000 unit terumbu karang dengan luasan total sekitar 85.700 km2 atau sekitar 14% dari terumbu karang dunia (WRI, 2002).
Peristiwa El Nino, biasa juga disebut ENSO (El Nino Southern Oscillation) yang terjadi setiap 2-13 tahun sekali (lihat boks 1.5), pada tahun 1997-1998 menyebabkan naiknya suhu air laut sehingga memicu peristiwa pemutihan karang terluas, terutama di wilayah barat Indonesia. Pemutihan karang terjadi di bagian timur Sumatera, Jawa, Bali dan Lombok. Menurut Wilkinson di Indonesia sudah terjadi pemutihan karang sebesar 30% (Murdiyarso, 2003). Di Kepulauan Seribu, sekitar 90-95% terumbu karang hingga kedalaman 25 m mengalami kematian.
Setelah El Nino berlalu, terumbu karang yang rusak punya kesempatan untuk tumbuh kembali. Seperti halnya yang terjadi pada terumbu karang di Kepulauan Seribu yang
membaik sekitar 20-30% dalam waktu 2 tahun. Namun bayangkan jika terjadi perubahan iklim, pemutihan karang akan terjadi secara terus menerus, sehingga tak ada lagi kesempatan bagi terumbu karang untuk tumbuh dan memperbaiki diri kembali.
Pemutihan karang menyebabkan punahnya berbagai jenis ikan karang yang bernilai ekonomi tinggi (contohnya, ikan kerapu macan, kerapu sunu, napoleon dan lainlain) karena tak ada lagi terumbu karang yang layak untuk dihuni dan berfungsi sebagai sumber makanan. Padahal Indonesia mempunyai lebih dari 1.650 jenis ikan karang, itupun hanya yang terdapat di wilayah Indonesia bagian timur saja belum terhitung yang berada wilayah lainnya.
Akibat lebih jauh adalah terjadinya perubahan komposisi ikan di laut Indonesia. Ikan yang tak tergantung pada terumbu karang akan tumbuh dengan suburnya. Contohnya, ikan belanak, bandeng, tenggiri dan teri, padahal ikan tersebut mempunyai nilai ekonomis yg lebih rendah daripada jenis ikan karang.
Tak hanya itu, memanasnya air laut akan mengganggu kehidupan jenis ikan tertentu yang sensitif terhadap naiknya suhu. Ini mengakibatkan terjadinya migrasi ikan ke daerah yang lebih dingin. Akhirnya, Indonesia akan kehilangan beberapa jenis ikan. Akibatnya, nelayan lokal akan makin terpuruk karena menurunnya hasil tangkapan ikan.
Dari Berbagi Sumber
3 comments:
Ya Stop Global Warming!!!!!
Benar! Save our World!
evy..
masi ada yg peduli dunia,,
salut! dari unhas ya? ada diving clubnya ga? gw dari ui, bs sharing pgalaman laut nih?
-pebzoy@yahoo.com (FS + email + YM)
Post a Comment