Thursday, February 22, 2007

AIDS

Ooo ya vy dikirim email dari temen yang ada di papua sana (tempat kelahiran vy) tentang kejadian yang memilukan... Ini dari koran lokal Cendrawasih Pos

Manokwari, Ketakutan para ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) akan dikucilkan oleh masyarakat, tampaknya hampir mendekati kebenaran. Seperti yang terjadi di Manokwari, Provinsi Irian Jaya Barat (IJB) Senin (15/1) kemarin, 43 ODHA ditolak nginap di sebuah hotel, yakni Hotel Fujita.

Akibatnya, pertemuan jaringan ODHA se Irian Jaya Barat dan Papua, nyaris batal. Dengan pengusiran 43 peserta pertemuan yang merupakan ODHA itu, sempat mengundang perhatian para pejabat di IJB sebagai tuan rumah pertemuan.

Adalah Wakil Gubernur IJB, Rahimin Katjong dan Sekretaris KPA Nasional, dr Nafsiah Mboi yang turun tangan dengan menghubungi pihak hotel guna memberikan jaminan bahwa kegiatan tersebut tidak akan berdampak negatif terhadap hotel. Tapi upaya tersebut tak membuahkan hasil. Sebanyak 43 ODHA yang dikumpulkan dari 10 Kabupaten Kota di IJB dan Papua, yakni Merauke, Timika, Jayapura, Jayawijaya, Nabire, Serui, Biak, Sorong Kota dan Kabupaten serta dari Manokwari itu tetap saja tak diizinkan nginap di Hotel Fujia yang beralamat di Jl Drs Esau Sesa itu.

Pengusiran terhadap para ODHA ini disesalkan seluruh peserta pertemuan. Pelaksana Tugas Ketua Harian KPA Provinsi, PS Ukung yang ikut hadir dalam kegiatan itu, menilai bahwa pengusiran tersebut merupakan pelanggaran HAM, karena bagaimanapun juga ODHA merupakan mahluk ciptaan Tuhan yang juga mempunyai hak untuk mendapatkan kesamaan, dimana dalam memperoleh pelayanan.

"Terus terang kami menyesalkan tindakan yang dilakukan oleh manajer hotel dan pemilik hotel yang telah melakukan pengusiran terhadap mereka. Perbuatan pengusiran ini merupakan pelanggaran HAM," jelas Ukung lewat ponselnya tadi malam. Menurut Ukung, ODHA tidak selayaknya dikucilkan. Kalau hanya alasan takut tertular atau kemungkinan meninggalkan virus saat menginap di hotel, itu juga tidak akan terjadi. Apalagi ODHA ini dalam hidupnya sudah mendapatkan pendampingan.

''ODHA ini tidak perlu ditakuti. HIV/AIDS tidak dapat menular melalui kontak sosial biasa," ujar Ukung dengan nada kecewa. Ukung menceritakan bahwa hotel yang akan dipakai untuk menginap para peserta pertemuan jaringan ODHA Se IJB-Papua, sebenarnya yang mencarikan adalah pihak Pemprov Irian Jaya Barat yang memang berkeinginan memberikan tempat yang representatif untuk para ODHA. Untuk rencana kegiatan itu, sebagian rombongan telah masuk dan ada yang sempat bermalam pada Minggu (14/1) kemarin, kemudian disusul rombongan kedua pada Senin (15/1).

Pada rombongan berikutnya ini, pihak hotel sekaligus pemilik meminta agar seluruh peserta mencari hotel lain dengan alasan terdapat sejumlah ODHA. "Kami sudah mencoba menjelaskan, bahkan Wakil Gubernur IJB yang meminta langsung, namun pihak manajemen hotel tetap bersikeras mengusir kami,''katanya. Ukung juga menyampaikan keluhan yang disampaikan beberapa peserta dari Merauke yang baru tiba di hotel setelah menempuh perjalanan panjang Merauke - Jayapura - Manokwari.

Sementara itu akibat pengusiran itu, walau sedikit molor tetapi kegiatan yang bertujuan untuk membentuk suatu perkumpulan ODHA se tanah Papua tetap berjalan dengan konsekwensi pindah lokasi pertemuan, yakni di Hotel Papua Forest dan Hotel Yulita. "Kegiatan ini kami lakukan selama empat hari(15--19 Januari). Tujuan dari pertemuan ini, selain untuk membentuk perkumpulan ODHA, juga bertujuan untuk membentuk badan hukum hingga mempunyai akses yang bisa menerima bantuan dari mana saja," jelas Ukung.

Sekadar diketahui, pengusiran terhadap 43 ODHA ini akhirnya berbuntut panjang, dimana dari pihak Dewan Adat Manokwari mensikapinya dengan langsung membahas permasalahan tersebut. "Dewan Adat Manokwari juga mengambil sikap untuk membahas pengusiran terhadap ODHA ini," pungkas Ukung.

Memilukan... sangat !!! Vy harap bahwa diskriminasi ini tidak terulang lagi...
Sedikit vy bercerita, vy pernah hidup di Papua kurang lebih 15 tahun, setiap hari hidup bersama orang-orang yang telah terinfeksi AIDS, karena pekerjaan abah vy di Depsos yang bergelut dengan orang-orang seperti mereka. Mereka tidak ingin terdiskriminasi itulah jawabanya !!!

1 comment:

ifyar said...

Setuju Vy... Kejadian ini amat memilukan. Lagi2 para ODHA mendapatkan diskriminasi dari masyarakat. Nampaknya tugas kita cukup berat untuk mengubah pola pikir negatif masyarakat thd para ODHA.

Padahal mereka mesti tahu, bahwa penyebaran HIV bukan semata karena prilaku sex. Tapi juga (diantaranya) bisa karena penggunaan alat2 kesehatan. Seperti jarum suntik, dll.

Dan kita tahu, alat2 kesehatan di Papua itu rentan sekali untuk menjadi media penularan.

Sayangnya, kinerja pemerintah untuk mengurangi angka jumlah pengidap ODHA juga kurang maksimal.

Ya akhirnya, org2 spt Vy lah yg nanti bisa dimintai kontribusi perannya untuk mengadvokasi problem2 spt ini.

Gak keberatan kan..? Hehehehe..