Wednesday, July 09, 2008

Romantisme bersama Nenek Dato

Jene'ponto - Sabtu 28 Juni 2008

.....gelap

Sudah hampir sebulan, di desaku -Batusaraung, Tamalatea- mendapat giliran pemadaman lampu jika menjelang magrib hingga selepas isya, sekitar jam 8 jadi bisa kurang atau lebih dari 2 jam.

Ditemani telepon genggamku -tampak tua- yang mengalunkan lagu-lagu ebiet g ade -......gemuruh ombak di pantai kuta sejuk lembut angin di bukit kintamani gadis-gadis kecil menjajakan cincin tak mampu mengusir kau yang manis....- juga segelas "black coffee" duduk di teras rumah panggung Nenek Dato - masih kokoh, walau telah berpuluh tahun umurnya -

Angin bermain-main, berlarian di antara daun-daun pohon mangga besar tepat di depan rumah Nenek Dato dan menimbulkan suara indah yang membuatku sangat merindukan pantai, iyaaa pantai.... Membayangkannya membuatku merinding. Aku sangat merindukannya. Really miss that moment.

Bintang-bintang terus bermain mata kepadaku, jumlahnya... entahlah... mungkin ratusan, ribuan, puluhan ribu atau... seperti jumlah rindunya seseorang yang tengah kasmaran dengan kekasihnya. INDAH!

Uhmmmm sejam berlalu... perasaan menjadi "masygul" juga. Entahlah, sendiri membuatku mengingat hal-hal yang seharusnya sejak dulu sudah kulupakan... Perasaan yang mengharimaukan jiwa.. huhhh.... dan mulai merindukan seseorang yang seharusnya tidak di rindukan.

Akhirnya, aku memilih tempat aman... Berbaring di samping Nenek Dato dan menjadi teman bercerita yang menyenangkan -entry MANGKASARA zone- :). Sejak menetap di desa ini -serumah dengan Nenek Dato- kerinduanku untuk mendapat buaian kasih seseorang Nenek terobati sudah. Berpuluh tahun....

Sinar redup lilin, rebah di "anyaman pandan", desir angin, dan suara "merdu" nenek menceritakan masa kecil Ummi dan sosok Almarhum Kakek serta sentuhan jari-jari tua Nenek Dato yang kasap di rambutku, membuatku terbuai, menidurkan segala resah jiwa. ROMANTIC MOMENT....

7 comments:

Anang said...

mengingat masa lalu memang membuat ingatan kembali terkembang menuju masa yang telah terbungkus dengan cerita masa kini.. lebih2 banyak cerita romantis dimasa dulu... wih bisa brebes tu mata keluar air mata... ga sadar sekarang dah tambah gede tambah tua tambah segalanya

Anonymous said...

Aku Ingat Ibuku.....
Aku ingat masa kecilku....
Aku ingat pernah dipangku nenekku yang kini telah tiada
Aku ingat bahwa aku pernah tinggal di ufuk timur indonesia...aku merindukannya lagi.......

Anonymous said...

ehm.. bahasa tulis mu makin halus hon.. top deh..!

vy said...

To-

anang: romantisme masa lalu, selalu indah bukan anang.

herdining: aku juga sangat merindukannya....

fyrx: makasih hon, kan berlatih dari honey! heheh

Anonymous said...

Seribu bintang tak pernah mewakili arti rindu yang sebenarnya tak juga mampu menawarkan rasa yang terkadang manisnya fatamargana. Rasa rindu terkadang membuat kita merasa nyaman berada disisi seseorang yang kadang kita sendiri tidak menyadarinya seperti engkau yang melabuhkan rindumu pada Nenek Dato tercinta. Rasa rindu pada seseorang yang tidak tepat bukanlah hal yang tak pantas hanya saja lebih bijaksana jika rindu itu diolesi dengan kesabaran dan mencoba belajar menyimpan kerinduan itu dalam lemari penantian sebagai kado istimewa yang akan kau berikan buat seseorang yang kau sebut sebagai jodoh.

Anonymous said...

Aku ingin mengatakan padamu Tentang malam-malamku dijantung kota ini, Heningnya malam ini tanpa bintang tanpa rembulan Bahkan tak ada kelap kelip kunang-kunang.

Dan hari ini aku bisa kembali melihat, menikmatinya saat aku bersandar di blog mu yang menyimpan sejuta kenangan.

Anonymous said...

Waduh ternyata orang manis pade yang pumya blog ini ye. Salam hangat dari kami para orang hutan maksudnya orang-orang yang senag berada di hutan, gunung, sebari menikmati kebabasan. Oh ya saya terkesima dengan slogannya. emailku = daeng wiratama@yahoo.co.id